NIM : 150341603154
Offr : B
“Teori Belajar Humanistik/Sosial”
A. Pengertian Teori Belajar
Humanistik
Humanisme
lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini
melihat kejadian yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan
hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai
potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanism biasanya memfokuskan
pengajarannya pada pembangunan kemampuan positif ini. Kemampuan positif disini
erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain
afektif. Emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat yang nampak dari para
pendidik beraliran humanisme. Menurut
Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. \proses
belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya
sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambatlaun ia mampu
mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha
memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut
pandang pengamatnya.
Tokoh penting dalam teori belajar humanistik secara
teoritik antara lain adalah: Arthur W. Combs, Abraham Maslow dan Carl Rogers.
1.
Arthur Combs (1912-1999)
Menurut Combs, perilaku yang keliru atau tidak baik
terjadi karena tidak adanya kesediaan seseorang melakukan apa yang seharusnya
dilakukan sebagai akibat dari adanya sesuatu yang lain, yang lebih menarik atau
memuaskan. Misalkan guru mengeluh murid-muridnya tidak berminat belajar,
sebenarnya hal itu karena murid-murid itu tidak berminat melakukan apa yang
dikehendaki oleh guru. Kalau saja guru tersebut lalu mengadakan
aktivitas-aktivitas yang lain, barangkali murid-murid akan berubah sikap dan
reaksinya. Keliru jika guru berpendapat bahwa murid akan mudah belajar kalau bahan
pelajaran disusun dengan rapi dan disampaikan dengan baik, sebab arti dan maknanya
tidak melekat pada bahan pelajaran itu; murid sendirilah yang mencerna dan
menyerap arti dan makna bahan pelajaran tersebut ke dalam dirinya. Yang menjadi
masalah dalam mengajar bukanlah bagaimana bahan pelajaran itu disampaikan,
tetapi bagaimana membantu murid memetik arti dan makna yang terkandung di dalam
bahan pelajaran tersebut, yakni apabila murid dapat mengaitkan bahan pelajaran
tersebut dengan hidup dan kehidupan mereka, guru boleh bersenang hati bahwa
missinya telah berhasil.
2.
Abraham Maslow
Teori
Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada
dua
hal :
a.
Suatu usaha yang positif untuk berkembang
b.
Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam
upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing
orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang,
takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki
dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk
lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua
kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu
juga ia dapat menerima diri sendiri(self).
3.
Carl Ransom Rogers
Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:
1.
Kognitif (kebermaknaan)
2.
experiential ( pengalaman atau signifikansi)
Guru menghubungan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai seperti
memperlajari mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil. Experiential
Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas
belajar experiential learning mencakup : keterlibatan siswa secara personal,
berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada
siswa.
Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran
adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran,
yaitu:
1.
Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar
untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada
artinya.
2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian
bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian
yang bermakna bagi siswa
3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide
baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang
proses.
Ciri-ciri guru
yang fasilitatif adalah :
1. Merespon perasaan siswa
2. Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
3. Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
4. Menghargai siswa
5. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
6. Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan
kebutuhan segera dari siswa)
7. Tersenyum pada siswa
B. Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa
Belajar
adalah menekankan pentingnya isi dari proses belajar bersifat eklektik,
tujuannya adalah memanusiakan manusia atau mencapai aktualisasi diri. Peran
guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para
siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna
belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar
kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang
memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami
potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan
potensi diri yang bersifat negatif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya
daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
- Merumuskan tujuan belajar yang jelas
- Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif.
- Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri
- Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
- Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang ditunjukkan.
- Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
- Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
- Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok
untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena
sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang
bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir,
perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang
bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri
secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar
aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.
REFLEKSI
Pada
pertemuan ini dibahas tentang teori belajar humanistik dan penerapannya dalam
pembelajaran. Dalam teori humanisme lebih melihat perkembangan kepribadian
manusia. Jadi bagaimana membangun dirinya untuk melkakukan hal – hal yang
positif dan lebih baik lagi. Aliran ini muncul pada tahun 1940 an. Teori
belajar ini dapat memanusiakan manusia maksudnya bentuk ekspresi diri, pemahaman
diri, dan aktualisasi tercapai. Pada
teori belajar humanistik menyatakan bahwa teori belajar apapun dapat
dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu mencapai
aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri dapat tercapai secara
optimal.
Humanistik
tertuju pada suatu bentuk masalah yang dipengaruhi oleh pengalaman –
pengalaman. Teori humanisme
ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat
pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap
fenomena sosial. Indikator keberhasilan teori ini adalah
: siswa merasa senang,
bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir perilaku
atas kemauannya sendiri. Berikut tokoh yang berperan dalam teori belajar
humanistik.
1. Arthur comb
Perilaku tidak baik
terjadi karena ketidakmauan seseorang untuk mlakukan sesuatu. Lebih mengarah
bentuk masalah yang berkaitan dengan lingkungan sehingga dapat tecapai
penyelesaian masalah.
2. Abraham
Ada dua hal yaitu : usaha
positif untuk berkembang, dan untuk tidak berkembang.
Kebutuhan paling utama
adalah rasa aman.
a. Kebutuhan psikologi
b. Rasa aman
c. Rasa memiliki dan
dimilki
d. Harga diri
e. Aktualisasi diri
3. Rogers
Beranggapan bahwa setiap
indidvidu adalah positif, serta menolak teori freud dan behaviorisme.
Menekankan individu mampu mengatasi masalah yang dihadapi. Jadi bisa menemukan
solusi terhadap masalah yang di alami.
Asumsi – asumsi dasar :
1. kecenderungan formatif
: bahwa manusia itu berkembnag dari sedrhana menuju kompleks. Jadi tiap
individu mempunyai kreatifitas u ntuk mengetasi msalahnya sendiri.
2. kecenderungan mengaktualisasi
: individu mampu memecahkan masalah, dan menuju kesempurnaan,
Sturktur kepribadian :
oragnisme, medan fenomena (seluruh pengalam yang didapat slama hidupnya ), diri
(mengenal dirinya sendiri)
Ada yang mempengaruhi
dalam diri sendiri:
1. Kesadaran
2. Kebuthan pemeliharaan
3. Peningkatan diri
4. Penghargaan positif
5. Penghargaan diri yang
positif
Aktualisasi diri :
memotivasi orang yang sehat. Mengembangkan potensi diri yang unik. Dapat dibatu
dengan masa kanak – kanak. Masa lamapu akan mempengaruhi apa yang dilihat di
masa sekarang.
5 sifat dasar manusia:
keterbukaan, kehidupan eksistensial (orang terbuka thd pengalamannya),
kepercayaan terhdap organisme orang sendiri (pengalam yang didapat akan hidup
jika dia membuyika diri thp pengalam tsb. Shg dapat mempertimbnagkan perilaku
yang sesuai), perasaaan bebas (seseorang dapat membuat pilihan tanpa ada
pakasaan dr orang lain), kreativitas (keterbukaan thd pengalam akan membatu
kreativitas).
Penerapan teori belajar humanistik:
materi- materi pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena
sosial.
4. Aldous
Pendidikan non verbal
juga harus diterapkan. Digunakan untuk mengatahui makna hidup yang dia alami. mengajukan konsep pendidikan terpadu, yakni proses
pendidikan yang mengikutsertakan afeksi atau perasaan murid dalam belajar.
Tujuannya untu membantu murid dalam mencapai kemampuan untuk menggali dan
mengerti diri mereka sendiri dan lingkungan sekitarnya dengan cara yang ilmiah.
5. Mills
Menggabungkan elemen
kognitif dan afektif. Tujuannya untuk membatu siswa memperoleh ide – ide baru
baik proses intelektual maupun afektif. Menggelai diri sendiri dan lingkungan
sekitarnya. Hasilnya siswa lebih cepat mendapatkan elemen afektif.
Self
efiicacy
Keyakinan individu
mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas atau tindakan yang diperlukan
untuk mencapai hasil tertentu. Dalam kehidupan sehari – hari efikasi diri
memimpin manusia untuk menentukan cita – citanya yang menantang dan tetap
bertahan dalam menghadapi kesulitan-kesulitan.
Faktor yg mempengaruhi :
1. kempauan yang dituntut
oleh situasi yang berbeda
2. kehadiran orang lain
khususnya saingan dalam situasi
3. keadaan fisiologis dan
emosioanl : kelelahan, kecemasan, apatis, dan murung.
Fase eficacy:
Perkembangan – keluarga –
teman sebaya - sekolah – pengalam masa remaja – self efficacy masa dewasa –
self efficacy masa lansia.
Ada 3 dimesi self
efficacy :
Magnitude : tingkat
kesulitan tugas
Generality :
menbandingkan dg pelajran lain
Strength : kekuatan
mansuia thd keyakinan dirinya sendiri.
Kritik teori humaistik :
1. Terlalu optimis pasif
2. Tidak bisa diuji dg
mudah
3. Pembiasaan dengan
nilai individualistic
Proses dalam belajar ada
beberapa tahapan:
1. merumuskan tujuan belajar
2. membuat kontrak
belajar
3. memotivasi siswa
4. berpikir kritis
5. menyampaikan pendapat dengan bebas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar