Minggu, 26 Februari 2017

Resume ke 6 dan Refleksi : Teori Belajar Humanistik/Sosial dan Penerapannya dalam Pembelajaran

Nama : Indra Lusmana
NIM : 150341603154
Offr : B



“Teori Belajar Humanistik/Sosial”

A. Pengertian Teori Belajar Humanistik
            Humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanism biasanya memfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan positif ini. Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif. Emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanisme. Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. \proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambatlaun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Tokoh penting dalam teori belajar humanistik secara teoritik antara lain adalah: Arthur W. Combs, Abraham Maslow dan Carl Rogers.
1. Arthur Combs (1912-1999)
Menurut Combs, perilaku yang keliru atau tidak baik terjadi karena tidak adanya kesediaan seseorang melakukan apa yang seharusnya dilakukan sebagai akibat dari adanya sesuatu yang lain, yang lebih menarik atau memuaskan. Misalkan guru mengeluh murid-muridnya tidak berminat belajar, sebenarnya hal itu karena murid-murid itu tidak berminat melakukan apa yang dikehendaki oleh guru. Kalau saja guru tersebut lalu mengadakan aktivitas-aktivitas yang lain, barangkali murid-murid akan berubah sikap dan reaksinya. Keliru jika guru berpendapat bahwa murid akan mudah belajar kalau bahan pelajaran disusun dengan rapi dan disampaikan dengan baik, sebab arti dan maknanya tidak melekat pada bahan pelajaran itu; murid sendirilah yang mencerna dan menyerap arti dan makna bahan pelajaran tersebut ke dalam dirinya. Yang menjadi masalah dalam mengajar bukanlah bagaimana bahan pelajaran itu disampaikan, tetapi bagaimana membantu murid memetik arti dan makna yang terkandung di dalam bahan pelajaran tersebut, yakni apabila murid dapat mengaitkan bahan pelajaran tersebut dengan hidup dan kehidupan mereka, guru boleh bersenang hati bahwa missinya telah berhasil.
2. Abraham Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada
dua hal :
a. Suatu usaha yang positif untuk berkembang
b. Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri(self).
3. Carl Ransom Rogers
Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:
1. Kognitif (kebermaknaan)
2. experiential ( pengalaman atau signifikansi)
Guru menghubungan pengetahuan akademik ke  dalam pengetahuan terpakai seperti memperlajari mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil. Experiential Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar experiential learning mencakup : keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa.
Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa
3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
1. Merespon perasaan siswa
2. Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
3. Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
4. Menghargai siswa
5. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
6. Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa)
7. Tersenyum pada siswa
B. Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa
Belajar adalah menekankan pentingnya isi dari proses belajar bersifat eklektik, tujuannya adalah memanusiakan manusia atau mencapai aktualisasi diri. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
  1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas
  2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif.
  3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri
  4. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
  5. Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang ditunjukkan.
  6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
  7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
  8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.


REFLEKSI
Pada pertemuan ini dibahas tentang teori belajar humanistik dan penerapannya dalam pembelajaran. Dalam teori humanisme lebih melihat perkembangan kepribadian manusia. Jadi bagaimana membangun dirinya untuk melkakukan hal – hal yang positif dan lebih baik lagi. Aliran ini muncul pada tahun 1940 an. Teori belajar ini dapat memanusiakan manusia maksudnya bentuk ekspresi diri, pemahaman diri, dan aktualisasi tercapai. Pada teori belajar humanistik menyatakan bahwa teori belajar apapun dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri dapat tercapai secara optimal.
Humanistik tertuju pada suatu bentuk masalah yang dipengaruhi oleh pengalaman – pengalaman. Teori humanisme ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator keberhasilan teori ini adalah : siswa merasa senang, bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir perilaku atas kemauannya sendiri. Berikut tokoh yang berperan dalam teori belajar humanistik.
1. Arthur comb
Perilaku tidak baik terjadi karena ketidakmauan seseorang untuk mlakukan sesuatu. Lebih mengarah bentuk masalah yang berkaitan dengan lingkungan sehingga dapat tecapai penyelesaian masalah.
2. Abraham
Ada dua hal yaitu : usaha positif untuk berkembang, dan untuk tidak berkembang.
Kebutuhan paling utama adalah rasa aman.
a. Kebutuhan psikologi
b. Rasa aman
c. Rasa memiliki dan dimilki
d. Harga diri
e. Aktualisasi diri
3. Rogers
Beranggapan bahwa setiap indidvidu adalah positif, serta menolak teori freud dan behaviorisme. Menekankan individu mampu mengatasi masalah yang dihadapi. Jadi bisa menemukan solusi terhadap masalah yang di alami.
Asumsi – asumsi dasar :
1. kecenderungan formatif : bahwa manusia itu berkembnag dari sedrhana menuju kompleks. Jadi tiap individu mempunyai kreatifitas u ntuk mengetasi msalahnya sendiri.
2. kecenderungan mengaktualisasi : individu mampu memecahkan masalah, dan menuju kesempurnaan,
Sturktur kepribadian : oragnisme, medan fenomena (seluruh pengalam yang didapat slama hidupnya ), diri (mengenal dirinya sendiri)
Ada yang mempengaruhi dalam diri sendiri:
1. Kesadaran
2. Kebuthan pemeliharaan
3. Peningkatan diri
4. Penghargaan positif
5. Penghargaan diri yang positif
Aktualisasi diri : memotivasi orang yang sehat. Mengembangkan potensi diri yang unik. Dapat dibatu dengan masa kanak – kanak. Masa lamapu akan mempengaruhi apa yang dilihat di masa sekarang.
5 sifat dasar manusia: keterbukaan, kehidupan eksistensial (orang terbuka thd pengalamannya), kepercayaan terhdap organisme orang sendiri (pengalam yang didapat akan hidup jika dia membuyika diri thp pengalam tsb. Shg dapat mempertimbnagkan perilaku yang sesuai), perasaaan bebas (seseorang dapat membuat pilihan tanpa ada pakasaan dr orang lain), kreativitas (keterbukaan thd pengalam akan membatu kreativitas).
Penerapan teori belajar humanistik: materi- materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.
4. Aldous
Pendidikan non verbal juga harus diterapkan. Digunakan untuk mengatahui makna hidup yang dia alami. mengajukan konsep pendidikan terpadu, yakni proses pendidikan yang mengikutsertakan afeksi atau perasaan murid dalam belajar. Tujuannya untu membantu murid dalam mencapai kemampuan untuk menggali dan mengerti diri mereka sendiri dan lingkungan sekitarnya dengan cara yang ilmiah.
5. Mills
Menggabungkan elemen kognitif dan afektif. Tujuannya untuk membatu siswa memperoleh ide – ide baru baik proses intelektual maupun afektif. Menggelai diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. Hasilnya siswa lebih cepat mendapatkan elemen afektif.
Self efiicacy
Keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu. Dalam kehidupan sehari – hari efikasi diri memimpin manusia untuk menentukan cita – citanya yang menantang dan tetap bertahan dalam menghadapi kesulitan-kesulitan.
Faktor yg mempengaruhi :
1. kempauan yang dituntut oleh situasi yang berbeda
2. kehadiran orang lain khususnya saingan dalam situasi
3. keadaan fisiologis dan emosioanl : kelelahan, kecemasan, apatis, dan murung.
Fase eficacy:
Perkembangan – keluarga – teman sebaya - sekolah – pengalam masa remaja – self efficacy masa dewasa – self efficacy masa lansia.
Ada 3 dimesi self efficacy :
Magnitude : tingkat kesulitan tugas
Generality : menbandingkan dg pelajran lain
Strength : kekuatan mansuia thd keyakinan dirinya sendiri.
Kritik teori humaistik :
1. Terlalu optimis pasif
2. Tidak bisa diuji dg mudah
3. Pembiasaan dengan nilai individualistic
Proses dalam belajar ada beberapa tahapan:
1. merumuskan tujuan belajar
2. membuat kontrak belajar
3. memotivasi siswa
4. berpikir kritis
5. menyampaikan pendapat dengan bebas





Tidak ada komentar:

Posting Komentar