NIM : 150341603154
Offr : B
"Teori Belajar
Behavioristik dan Penerapannya dalam Pembelajaran"
A.
Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik
menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur
dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans)
yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum
mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang
internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons
adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulans. Belajar
berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R
(stimulus-Respon). Teori behaviorisme mengkonsentrasikan pada kajian tentang
prilaku nyata yang bisa diteliti dan diukur. Teori ini memandang pikiran
sebagai sebuah kotak hitam, dalam artian bahwa respon terhadap stimulus bisa
diamati secara kuantitatif, apa yang ada dalam pikiran menjadi diabaikan karena
proses pemikiran tidak bisa diamati secara jelas perubahan prilakunya.
Tokoh-tokoh kunci dalam perkembangan teori behavioris adalah Ivan Pavlov,
Watson, Throndike, dan B.F Skinner. Teori Behavioristik:
1. Mementingkan
faktor lingkungan
2. Menekankan pada
faktor bagian
3. Menekankan pada
tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif.
4. Sifatnya
mekanis
5.
Mementingkan masa lalu
Teori belajar behaviorisme merupakan teori belajar
yang menekankan pada perubahan tingkah laku dengan unsur utama stimulus
respons. Salah satu pengaruh teori behaviorime dalam desain pembelajaran adalah
lahirnya gerakan sasaran behavioral.Gerakan ini menekankan pada perilaku khusus
dan bisa dikuatifikasi. Mnemonic ABCD (Audience, Behavior, Condition, Degree)
adalah salah satu implikasi gerakan sasaran behavioral dalam desain
pembelajaran. Untuk mengembangkan kelompok sasaran behavioral, sebuah tugas
pembelajaran harus diatasi melalui analisis terhadap tugas-tugas spesifik yang
bisa diukur. Kesusksesan pembelajaran diukur dengan tes yang berkembang untuk
mengukur setiap sasaran.
Berikut contoh teori behaviorisme yang diterapkan
dalam pembelajaran multimedia. Dalam pengembangan multimedia pembelajaran
kelompok sasaran atau audience
mendapatkan perhatian serius, sebab kelompok sasaran akan mempengaruhi pada
semua aspek pengembangan seperti materi, desain pesan (grafik, ukuran teks,
warna, animasi), dan tampilan. Multimedia pembelajaran untuk kelompok sasaran
anak usia SD akan berbeda dengan kelompok sasaran usia SMA. Bahavior, perubahan prilaku
dapat diamati dari jawaban yang benar. Dalam pengembangan multimedia
pembelajaran pemberian informasi jawaban yang benar jika dikembangkan dapat
memberikan informasi bagi siswa tentang keberhasilan belajar dangan begitu
dapat mengetahui tingkat keberhasilan belajar siswa. Condition (kondisi) menyelesaikan unit/materi. Dalam
pengembangan multimedia pembelajaran, materi harus didesain sedemikian rupa
supaya menciptakan lingkungan belajar yang baik bagi peserta belajar.
Penggunaan unsur-unsur multimedia seperti warna, gambar, animasi, teks yang
didesain dengan baik akan sangat mempengaruhi seseorang dalam belajar, artinya
desain pesan akan dapat mengkondisikan seseorang dalam belajar. Degree (tingkat keberhasilan),
informasi tingakat keberhasilan belajar dalam pengembangan multimedia
pembelajaran sangatlah penting karena itu menjadi bagian bagi peserta belajar
untuk mengetahui keberhasilan dalam belajar.
Bentuk lain dari pengaruh teori behaviorisme adalah
pembelajaran terpogram dan pengajaran individu.Multimedia pembelajaran
merupakan bentuk pembelajaran yang sangat terprogram dan individual. Karena
itulah desain pembelajaran menjadi sangat penting sebagai bagian dari upaya
pengkondisian belajar. Begitu juga sajian materi, pemberian rangkuman, soal dan
balikan juga merupakan bagian dari upaya memberikan stimulus, mengkondisikan,
mengetahuai respons dalam pembelajaran. Dengan begitu bahwa pengaruh teori
belajar behaviorisme sangatlah kuat dalam pengembangan multimedia pembelajaran.
"REFLEKSI"
Pada pertemuan ini dibahas tentang teori belajar
Behavioristik. Seperti biasanya pada pertemuan ini dilakukan diskusi bersama di
pimpin oleh Dheka Sapti Iskandar. Pada mulanya di bahsas tentang pengertian
teori Behavioristik. Dalam diskusi disampaikan bebrapa pendapat tentang teori
ini. Teori Behavioristik berkaitan
dengan perubahan perilaku yang diamati yaitu berupa stimulus dan respon. Mental,
bakat, minat tidak berpengaruh terhadap teori ini. Teori ini tidak menitikberatkan
perubahan mental. Segala seuatu yang tidak dapat diukur, ini berkaitan dengan
teori ini seperti perubahan mental atau psikologis siswa. Jadi intinya dalam teori Behavioristik adalah teori
belajar yang menekankan pada perubahan tingkah laku dengan unsur utama stimulus
respons.
Pada jaman dahulu sebenarnya para ahli atau peneliti
belum memahami adanya proses mental. Pokonya dia berubah itu saja, yang bisa
dilihat dari perilaku dan dapat di amati. Para ahli tidak mengaplikasikan
semuanya yang ada diteori ini. Sekarang setelah berkembang teori kognitif
proses belajar itu tidak hanya bisa di amati tetapi ada proses. Misal bagaimana
proses mengingat.
Teori pemrosesan informasi merupakan teori yang menganalogikan
otak manusia seperti computer, ada penerimaan , pemrosesan, penyimpanan, dan
termasuk responnya. Dalam teori ini otak
ada dua bagian, ada memori jangka pendek dan jangka pendek. Bila informasi
datang begitu saja masuk kememori jangka pendek terpalikasi dan tidak
tersimpan. Agar masuk dalam jangka panjang maka harus perlu adanya penerapanan
dan ada perolehan pengetahuan. Informasi2 baru membatu memperkaya konsep itu.
Jadi memori jangka pendek hanya sekedar hafal, akan tetapi di memori jangka panjang akan di proses. Sehingga tersimpan tidak hanya terbuang begitu saja.
Level evaluasi memerlukan keterampilan dibawahnya.
Keputusan di ambil karena ada proses evaluasi. Dasar dari evaluasi, yaitu
analisis. Level menunjukkan kompleksitas berpikir. Jadi semakin tinggi level
maka cara berpikirnya semakin kompleks, karena ada proses yang terlewati.
Bahwa
seberanya beljar tidak hanya menghafal saja, akan tetapi membangun cara
berpikir dan membnagun sikap. Kreativitas, pengambilan keputusan terdapat di
long memory.
Landasan dasar seorang pendidik harus tau teori- teori
belajar, dan memahaminya. Agar mampu memilah – milah teori apa yang cocok untuk
pembelajaran. Proses pembelajaran memperdayakan berpikir menggunakan teknologi.
Intinya proses belajar transfer bagimana cara belajar yg benar, buka hanya apa
itu belajar, tetapi kita juga harus mengetahui bagimana proses belajar itu
bagimana.
Teori Behavioristik tidak jelek, akan tetapi ada
beberapa yang tidak bisa diterapkan pada jaman sekarang. Karena sudah tidak
cocok untuk jaman sekarang. Seperti memberi hadiah, dan hukuman. Itu sebenarnya
awal mula penelitian teori behavioristik dilakukan pada hewan yaitu anjing. Teori
Behavioristik disebut juga teori pengkondisian. Nilai seseorang adalah dari
ketakwaannya. Di dalam pendidikan sekarang bukan masalah hadiah dan hukuman. Untuk
saat ini untuk teori membrikan hadiah dan hukuman tidak cocok. Karena nilai
bukan tujuan, melainkan dampak. Jadi dirubah pola pikirnya untuk mencari nilai
bukan menjadi tujuan, akan tetapi menjadi dampak. Artinya berprestasi setinggi
- tingginya dan memberikan ilmu yang sebanyak- banyaknya untuk orang lain.
Hukuman yang seperti apa yang boleh digunakan dalam cara belajar awal yaitu
hukuman yg mendidik, akan tetapi makin lama harus dihilangkan. Proses belajar
harus mengembangkan sikap, moral dan motoriknya. Topik sikap, yg pertama
mengikuti aturan dan yang pling atas adalah karakter. Membangun karakter yang
susah untuk saat ini. Membangun karakter yang nomor satu untuk anak- anak. Anak
- anak SD harus lebih banyak membangun karakter, berbeda dengan jenjang yang
tinggi seperti SMA lebih banyak di ajarkan
teori. Nilai - nilai harus lebih diutamakan. Nilai - nilai agama harus lebih banyak
diterapkan untuk kehidupan dan diajarkan saat pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar