Selasa, 28 Februari 2017

Resume ke 7 dan Refleksi: Teori Belajar Sibernetik dan Penerapannya dalam Pembelajaran

Nama : Indra Lusmana 
NIM : 150341603154
Offr : B 


Teori Belajar Sibernetik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru di bandingkan dengan teori-teori belajar yang sudah dibahas sebelumnya. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Hakekat manajemen pembelajaran berdasarkan teori belajar sibernetik adalah usaha guru untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya secara efektif dengan cara memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa, terutama unsur pikiran untuk memahami stimulus dari luar melalui proses pengolahan informasi.
A. Pengertian Belajar Menurut Aliran Sibernetik
Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan dengan teori-teori belajar yang sudah dibahas sebelumnya. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. Seolah-olah teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yaitu mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Proses belajar memang penting dalam teori sibernetik, namun yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang diproses yang akan dipelajari siswa.
Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Sebuah informasi mungkin akan dipelajari oleh seorang siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses belajar yang berbeda. 
B. Teori Pemrosesan Informasi
Dalam upaya menjelaskan bagaimana suatu informasi (pesan pengajaran) diterima, disandi, disimpan, dan dimunculkan kembali dari ingatan serta dimanfaatkan jika diperlukan, telah dikembangkan sejumlah teori dan model pemrosesan informasi oleh para pakar. Teori-teori tersebut umumnya berpijak pada tiga asumsi yaitu: 
1. Bahwa antara stimulus dan respon terdapat suatu seri tahapan pemrosesan informasi di mana pada masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu tertentu. 
2. Stimulus yang diproses melalui tahapan-tahapan tadi akan mengalami perubahan bentuk ataupun isinya. 
3. Salah satu dari tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas. 
Dari ketiga asumsi tersebut, dikembangkan teori tentang komponen struktur dan pengatur alur pemrosesan informasi (proses kontrol). Komponen pemrosesan informasi dipilah menjadi tiga berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta proses terjadinya “lupa”. Ketiga komponen tersebut adalah; 1) sensory receptor, 2) working memory, dan 3) long term memory. Sedangkan proses kontrol diasumsikan sebagai strategi yang tersimpan di dalam ingatan dan dapat dipergunakan setiap saat diperlukan. Jika digambarkan adalah sebagai berikut. 


1. Sensory Receptor (SR)
Sensory Receptor (SR) merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar. Didalam SR informasi ditangkap dalam bentuk asli, informasi hanya dapat bertahan dalam waktu yang sangat singkat, dan informasi tadi mudah terganggu atau berganti.
2. Working Memory (WM)
Working Memory(WM) diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberikan perhatian (attention) oleh individu. Pemberian perhatian ini dipengaruhi oleh peran persepsi. Karakter WM adalah bahwa:
1) Ia memiliki kapasitas yang terbatas, lebih kurang 7 slots. Informasi didalamnya hanya mampu bertahan kurang lebih 15 detik apabila tanpa pengulangan.
2) Informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya.
3. Long Term Memory (LTM)
Long Term Memory (LTM) diasumsikan: 1) berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki oleh individu, 2) mempunyai kapasitas tidak terbatas, dan 3) bahwa sekali informasi disimpan dalam LTM ia tidak akan pernah terhapus atau hilang. Persoalan “lupa” pada tahapan ini disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan memunculkan kembali informasi yang diperlukan. Ini berarti, jika informasi ditata dengan baik maka akan memudahkan proses penelusuran dan pemunculan kembali informasi jika diperlukan. Informasi disimpan didalam LTM dalam dalam bentuk prototipe, yaitu suatu struktur representasi pengetahuan yang telah dimiliki yang berfungsi sebagai kerangka untuk mengkaitkan  pengetahuan baru.
C.  Aplikasi Teori Belajar Sibernetik dalam Pembelajaran
Teori belajar pengolahan informasi termasuk dalam lingkup teori kognitif yang mengemukakan bahwa belajar adalah proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung dan merupakan perubahan kemampuan yang terikat pada situasi tertentu. Belajar bukan sesuatu yang bersifat alamiah, namun terjadi dengan kondisi-kondisi tertentu, yaitu kondisi internal dan kondisi eksternal. Sehubungan hal tersebut, maka pengelolaan pembelajaran dalam teori belajar sibernetik, menuntut pembelajaran untuk diorganisir dengan baik yang memperhatikan kondisi internal dan kondisi eksternal.
Kondisi internal peserta didik yang mempengaruhi proses belajar melalui proses pengolahan informasi, dan yang sangat penting untuk diperhatikan oleh seorang guru dalam mengelola pembelajaran antara lain:
1.      Kemampuan awal peserta didik
2.      Motivasi
3.      Perhatian
4.      Persepsi
5.      Ingatan
6.      Lupa
7.      Retensi
8.      Transfer
D.  Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Sibernetik
Kelebihan strategi pembelajaran yang berpijak pada teori pemrosesan informasi adalah:
1.      Cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.
2.      Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis.
3.      Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap.
4.      Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapai.
5.      Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya.
6.      Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing individu.
7.      Balikan informatif memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.
Sedangkan kelemahan dari teori ssibernetik adalah terlalu menekankan pada sistem informasi yang dipelajari, dan kurang memperhatikan bagaimana proses belajar.
E. Model Pembelajaran yang Sesuai dengan Aliran Sibernetik
Menurut teori sibernetik dikatakan proses belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari. Hal ini diasumsikan bahwa tidak ada satu proses belajarpun  yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Maka dari itu pemilihan model sebagai sarana pengolahan informasi harus melihat karakteristik siswa yang dihadapi. Model pembelajaran yang sesuai dengan aliran sibernetik, antara lain:
a.       Model pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
Dalam pembelajaran kooperatif, guru memberikan stimulus berupa kuis atau pertanyaan-pertanyaan sebagai tes kemampuan prasyarat siswa, sehingga siswa aktif berfikir. Sehingga ada pengolahan informasi oleh siswa. Pengolahan informasi ini terjadi karena adanya stimulus dari guru yang berupa informasi.
b.      Model pembelajaran open ended
Tujuan dari pembelajaran open-ended ialah untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa melalui problem solving secara simultan. Dengan kata lain, kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa harus dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan setiap siswa. Hal yang harus digarisbawahi adalah perlunya memberi kesempatan siswa untuk berfikir dengan bebas sesuai dengan minat dan kemampuannya. Aktivitas kelas yang penuh dengan ide-ide matematika ini pada gilirannya akan memacu kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa.

REFLEKSI 

Belajar adalah pengolahan informasi. Jadi manusia diumpamakan seperti computer.
Sensory reseptor : sel pertama kali menerima informasi
Working memory : memproses informasi
Long term memory : menyimpan informasi pada memori jangka panjang.
Teori belajar sibernetik menurut beberapa ahli:
1. Landa  : membedakan dua macam proses berfikir yaitu :
a. algoritmik: cara berfikir eksak
b. heuristic : cara berfikir devergen. Misal : bukan eksak. Membahas tentang demokrasi
2. Pask
Menurut Pask cara berfikir terbagi menjadi dua yaitu :
a. serialis : cara berfikir eksak, pelajaran sesuai dengan yang benar
b. wholist : cara berpikir secara menyeluruh. Dari umum ke khusus.
Aplikasi teori sibenertik :
1. Kondisi internal yang mempengaruhi proses belajar
a. kemampuan awal peserta didik
b. motivasi
c. perhatian
d. presepsi
e. ingatan
f. lupa
g. retensi
h. transfer
2. Kondisi eksternal
Kondisi belajar, tujuan belajar, pemberian umpan balik. Kebanyakan berada di lingkungan sekolah.
Aplikasi dalam kegiatan pembelajaran :
a. menentukan tujuan - tujuan pembelajaran
b. menetukan materi pembelajaran
c. menentukan pendekatan belajar
e. menyusun materi pembelajaran
f. membimbing siswa
Kelebihan dan Kelemahan dalam teori belajar Sibernetik
Kelebihan :
a. cara berpikir proses lebih menonjol
b. penyajian pengetahuan aspek ekonomis
c.  kapabilitas belajar
Kelemahan :
Terlalu menekankan pada sistem informasi yang dipelajari, dan kurang memperhatikan bagaimana proses belajarnya.

Jadi dalam teori ini lebih menekankan tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Sebuah informasi mungkin akan dipelajari oleh seorang siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses belajar yang berbeda. Yang berperan penting dalam teori ini adalah kerja sistem informasi atau stimulus dalam diri seseorang. Bahwa antara stimulus dan respon terdapat suatu seri tahapan pemrosesan informasi di mana pada masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu tertentu. Sehingga penting untuk menjaga stimulus dalam diri kita untuk dapat memproses informasi yang didapat.