Nama : Indra Lusmana
NIM : 150341603154
Offr : B
Teori Belajar Sibernetik
dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori
belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru di bandingkan
dengan teori-teori belajar yang sudah dibahas sebelumnya. Teori ini berkembang
sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Hakekat manajemen
pembelajaran berdasarkan teori belajar sibernetik adalah usaha guru untuk
membantu siswa mencapai tujuan belajarnya secara efektif dengan cara
memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa, terutama unsur pikiran untuk memahami
stimulus dari luar melalui proses pengolahan informasi.
A. Pengertian Belajar Menurut Aliran
Sibernetik
Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang
relatif baru dibandingkan dengan teori-teori belajar yang sudah dibahas
sebelumnya. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu
informasi. Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi.
Seolah-olah teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yaitu
mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Proses belajar memang
penting dalam teori sibernetik, namun yang lebih penting lagi adalah sistem
informasi yang diproses yang akan dipelajari siswa.
Asumsi lain dari teori
sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk segala
situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan
oleh sistem informasi. Sebuah informasi mungkin akan dipelajari oleh seorang
siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama mungkin akan
dipelajari siswa lain melalui proses belajar yang berbeda.
B. Teori
Pemrosesan Informasi
Dalam upaya menjelaskan bagaimana suatu informasi (pesan
pengajaran) diterima, disandi, disimpan, dan dimunculkan kembali dari ingatan
serta dimanfaatkan jika diperlukan, telah dikembangkan sejumlah teori dan model
pemrosesan informasi oleh para pakar. Teori-teori tersebut umumnya berpijak
pada tiga asumsi yaitu:
1.
Bahwa antara stimulus dan respon terdapat suatu seri tahapan pemrosesan
informasi di mana pada masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu
tertentu.
2.
Stimulus yang diproses melalui tahapan-tahapan tadi akan mengalami perubahan
bentuk ataupun isinya.
3.
Salah satu dari tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas.
Dari ketiga asumsi
tersebut, dikembangkan teori tentang komponen struktur dan pengatur alur
pemrosesan informasi (proses kontrol). Komponen pemrosesan informasi dipilah
menjadi tiga berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta
proses terjadinya “lupa”. Ketiga komponen tersebut adalah; 1) sensory receptor,
2) working memory, dan 3) long term memory. Sedangkan proses kontrol
diasumsikan sebagai strategi yang tersimpan di dalam ingatan dan dapat
dipergunakan setiap saat diperlukan. Jika digambarkan adalah sebagai
berikut.
1. Sensory Receptor (SR)
Sensory Receptor (SR) merupakan sel tempat pertama kali
informasi diterima dari luar. Didalam SR informasi ditangkap dalam bentuk asli,
informasi hanya dapat bertahan dalam waktu yang sangat singkat, dan informasi
tadi mudah terganggu atau berganti.
2. Working Memory (WM)
Working Memory(WM) diasumsikan mampu menangkap informasi
yang diberikan perhatian (attention) oleh individu. Pemberian perhatian ini
dipengaruhi oleh peran persepsi. Karakter WM adalah bahwa:
1)
Ia memiliki kapasitas yang terbatas, lebih kurang 7 slots. Informasi didalamnya
hanya mampu bertahan kurang lebih 15 detik apabila tanpa pengulangan.
2)
Informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya.
3. Long Term Memory (LTM)
Long Term Memory (LTM) diasumsikan: 1) berisi semua
pengetahuan yang telah dimiliki oleh individu, 2) mempunyai kapasitas tidak
terbatas, dan 3) bahwa sekali informasi disimpan dalam LTM ia tidak akan pernah
terhapus atau hilang. Persoalan “lupa” pada tahapan ini disebabkan oleh
kesulitan atau kegagalan memunculkan kembali informasi yang diperlukan. Ini
berarti, jika informasi ditata dengan baik maka akan memudahkan proses
penelusuran dan pemunculan kembali informasi jika diperlukan. Informasi
disimpan didalam LTM dalam dalam bentuk prototipe, yaitu suatu struktur
representasi pengetahuan yang telah dimiliki yang berfungsi sebagai kerangka
untuk mengkaitkan pengetahuan baru.
C. Aplikasi Teori Belajar Sibernetik dalam Pembelajaran
Teori belajar pengolahan informasi
termasuk dalam lingkup teori kognitif yang mengemukakan bahwa belajar adalah
proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung dan merupakan
perubahan kemampuan yang terikat pada situasi tertentu. Belajar bukan sesuatu
yang bersifat alamiah, namun terjadi dengan kondisi-kondisi tertentu, yaitu
kondisi internal dan kondisi eksternal. Sehubungan hal tersebut, maka
pengelolaan pembelajaran dalam teori belajar sibernetik, menuntut pembelajaran
untuk diorganisir dengan baik yang memperhatikan kondisi internal dan kondisi
eksternal.
Kondisi internal peserta didik yang
mempengaruhi proses belajar melalui proses pengolahan informasi, dan yang
sangat penting untuk diperhatikan oleh seorang guru dalam mengelola
pembelajaran antara lain:
1. Kemampuan
awal peserta didik
2. Motivasi
3. Perhatian
4. Persepsi
5. Ingatan
6. Lupa
7. Retensi
8. Transfer
D. Kelebihan dan Kelemahan
Teori Belajar Sibernetik
Kelebihan strategi pembelajaran yang berpijak pada teori
pemrosesan informasi adalah:
1. Cara
berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.
3. Kapabilitas
belajar dapat disajikan lebih lengkap.
4. Adanya
keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapai.
5. Adanya
transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya.
6. Kontrol
belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing individu.
7. Balikan
informatif memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang
telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.
Sedangkan kelemahan dari teori
ssibernetik adalah terlalu menekankan pada sistem informasi yang dipelajari,
dan kurang memperhatikan bagaimana proses belajar.
E. Model Pembelajaran yang Sesuai dengan Aliran Sibernetik
Menurut teori sibernetik dikatakan
proses belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari. Hal ini
diasumsikan bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk
segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat
ditentukan oleh sistem informasi. Maka dari itu pemilihan model sebagai sarana
pengolahan informasi harus melihat karakteristik siswa yang dihadapi. Model
pembelajaran yang sesuai dengan aliran sibernetik, antara lain:
a.
Model pembelajaran kooperatif (cooperative
learning)
Dalam
pembelajaran kooperatif, guru memberikan stimulus berupa kuis atau
pertanyaan-pertanyaan sebagai tes kemampuan prasyarat siswa, sehingga siswa
aktif berfikir. Sehingga ada pengolahan informasi oleh siswa. Pengolahan
informasi ini terjadi karena adanya stimulus dari guru yang berupa informasi.
b.
Model pembelajaran open ended
Tujuan
dari pembelajaran open-ended ialah untuk membantu mengembangkan kegiatan
kreatif dan pola pikir matematis siswa melalui problem solving secara simultan.
Dengan kata lain, kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa harus
dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan setiap siswa. Hal yang
harus digarisbawahi adalah perlunya memberi kesempatan siswa untuk berfikir
dengan bebas sesuai dengan minat dan kemampuannya. Aktivitas kelas yang penuh
dengan ide-ide matematika ini pada gilirannya akan memacu kemampuan berfikir
tingkat tinggi siswa.
REFLEKSI
Belajar adalah pengolahan
informasi. Jadi manusia diumpamakan seperti computer.
Sensory reseptor : sel pertama kali menerima informasi
Working memory : memproses informasi
Long term memory : menyimpan informasi pada memori jangka
panjang.
Teori
belajar sibernetik menurut beberapa ahli:
1. Landa :
membedakan dua macam proses berfikir yaitu :
a. algoritmik: cara berfikir eksak
b. heuristic : cara berfikir devergen. Misal : bukan
eksak. Membahas tentang demokrasi
2. Pask
Menurut Pask cara berfikir terbagi menjadi dua yaitu :
a. serialis : cara berfikir eksak, pelajaran sesuai
dengan yang benar
b. wholist : cara berpikir secara menyeluruh. Dari
umum ke khusus.
Aplikasi
teori sibenertik :
1. Kondisi internal yang mempengaruhi proses belajar
a. kemampuan awal peserta didik
b. motivasi
c. perhatian
d. presepsi
e. ingatan
f. lupa
g. retensi
h. transfer
2. Kondisi eksternal
Kondisi belajar, tujuan belajar, pemberian umpan
balik. Kebanyakan berada di lingkungan sekolah.
Aplikasi
dalam kegiatan pembelajaran :
a. menentukan tujuan - tujuan pembelajaran
b. menetukan materi pembelajaran
c. menentukan pendekatan belajar
e. menyusun materi pembelajaran
f. membimbing siswa
Kelebihan
dan Kelemahan dalam teori belajar Sibernetik
Kelebihan :
a. cara berpikir proses lebih menonjol
b. penyajian pengetahuan aspek ekonomis
c. kapabilitas
belajar
Kelemahan :
Terlalu menekankan pada sistem informasi yang
dipelajari, dan kurang memperhatikan bagaimana proses belajarnya.
Jadi dalam teori ini lebih menekankan tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk segala
situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan
oleh sistem informasi. Sebuah informasi mungkin akan dipelajari oleh seorang
siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama mungkin akan
dipelajari siswa lain melalui proses belajar yang berbeda. Yang berperan penting dalam teori ini adalah kerja sistem informasi atau stimulus dalam diri seseorang. Bahwa antara stimulus dan respon terdapat suatu seri tahapan pemrosesan
informasi di mana pada masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu
tertentu. Sehingga penting untuk menjaga stimulus dalam diri kita untuk dapat memproses informasi yang didapat.