Minggu, 12 Maret 2017

Resume ke 9 dan Refleksi : Teori kecerdasan ganda dan penerapannya dalam pembelajaran

" Teori kecerdasan ganda dan penerapannya dalam pembelajaran "
oleh : Indra Lusmana 

A.  PENGERTIAN KECERDASAN GANDA
Kecerdasan ganda merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang dapat diaktifkan melalui proses belajar, interaksi dengan keluarga, guru, teman dan nilai-nilai budaya yang berkembang. Kecerdasan mengandung dua aspek pokok yaitu; kemampuan belajar dari pengalaman dan beradaptasi terhadap lingkungan.
C.  MACAM – MACAM KECERDASAN GANDA
Gardner (1983) berhasil mengidentifikasi tujuh macam kecerdasan, yang kemudian dikenal sebagai kecerdasan ganda (Multiple Intelligence). Ketujuh jenis kecerdasan tersebut adalah:
1. Kecerdasan Musical 
Gardner menyebut kecerdasan musical ini dengan istilah musical/ rhythmic intelligence.  Kecerdasan musical (KM) adalah kemampuan untuk menghasilkan dan mengapresiasi musik. Kemampuan ini meliputi menyanyi, bersiul, memainkan alat-alat musik, mengenal pola-pola nada, membuat komposisi musik, mengingat melodi, memahami struktur dan irama musik. Gardner telah mengidentifikasi bahwa  inti dasar KM musical meliputi aspek irama, pola titinada, harmoni, dan timber, tetapi dia segera mengusulkan adanya kekuatan emosional misterius dari musik. Dia menunjukkan beberapa fakta untuk mendukung teorinya bahwa kemampuan musikan berfungsi seperti sebuah intelegensi, yakni apa yang oleh composer disebut sebagai  logical musical thinking dan musical mind (101-2). Kecerdasan musik merupakan kecerdasan yang paling awal berkembang dalam diri manusia (Grow, 2005). 
2. Kecerdasan Kinesthetic
 Jenis kecerdasan ini berkaitan dengan pengendalian gerakan badan. Pengenalian gerakan badan ini terletak di korteks motoris dengan  setiap belahan otak mendominasi atau mengendalikan gerakan badan di sisi yang berlawanan (Gardner, 1983). Orang yang cerdas secara kinesthetic akan lebih mudah menirukan dan menciptakan gerakan. Seorang olahragawan yang cerdas kinesthetic akan dapat menyelesaikan dan mencari alternatif gerakan. Penyelesaian gerakan tentu berbeda dengan penyelesaian persamaan matematika, sehingga dalam hal ini orang yang cerdas gerak badan boleh jadi tidak cerdas secara matematik dan sebaliknya.
3. Kecerdasan logical/mathematical
          Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan angka-angka dan bilangan, berpikir logis dan ilmiah, adanya konsistensi dalam pemikiran.. Seseorang yang cerdas secara logika-matematika seringkali tertarik dengan pola dan bilangan/angka-angka. Mereka belajar dengan cepat operasi bilangan dan cepat memahami konsep waktu, menjelaskan konsep secara logis, atau menyimpulkan informasi secara matematik. Kecerdasan ini amat penting karena akan membantu mengembangkan keterampilan berpikir dan logika seseorang. Dia menjadi mudah berpikir logis karena dilatih disiplin mental yang keras dan belajar menemukan alur piker yang benar atau tidak benar. Di samping itu juga kecerdasan ini dapat membantu menemukan cara kerja, pola, dan hubungan, mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, mengklasifikasikan dan mengelompokkan, meningkatkan pengertian terhadap bilangan dan yang lebih penting lagi meningkatkan daya ingat.
4.   Kecerdasan visual/spatial
Kecerdasan ini ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk melihat secara rinci gambaran visual yang terdapat di sekitarnya. Seorang seniman dapat memiliki kemampuan persepsi yang besar. Bila mereka melihat sebuah lukisan, mereka dapat melihat adanya perbedaan yang tampak di antara goresan-goresan kuas, meskipu orang lain tidak mampu melihatnya. Dengan mengamati sebuah foto, seorang fotografer dapat membuat analisis mengenai kelemahan atau kekuatan dari foto tersebut seperti arah datangnya cahaya, latar belakang, dan sebagainya, bahkan mereka dapat memberi jalan keluar bagaimana seandainya foto itu ditingkatkan kualitasnya. Kecerdasan ini sangat dituntut pada profesi-profesi seperti fotografer, seniman, navigator, arsitek. Pada orang-orang ini dituntut untuk melihat secara tepat gambaran visual dan kemudian member arti terhadap gambaran tersebut.
5.   Kecerdasan verbal/linguistik
Orang-orang yang memiliki kecerdasan ini memiliki kemampuan untuk menyusun pikirannya dengan jelas. Mereka juga mampu mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata seperti berbicara, menulis, dan membaca. Orang dengan kecerdasan verbal ini sangat cakap dalam berbahasa, menceriterakan kisah, berdebat, berdiskusi, melakukan penafsiran, menyampaikan laporan dan berbagai aktivitas lain yang terkait dengan berbicara dan menulis. Kecerdasan ini sangat diperlukan pada profesi pengacara, penulis, penyiar radio/televisi, editor, guru.
6.   Kecerdasan interpersonal
Kecerdasan ini berkait dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. Pada saat berinteraksi dengan orang lain, seseorang harus dapat memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan keinginan teman interaksinya, kemudian memberikan respon yang layak. Orang dengan kecerdasan Interpersonal memiliki kemampuan sedemikian sehingga terlihat amat mudah bergaul, banyak teman dan disenangi oleh orang lain. Di dalam pergaulan mereka menunjukkan kehangatan, rasa persahabatan yang tulus, empati. Selain baik dalam membina hubungan dengan orang lain, orang dengan kecerdasan ini juga berusaha baik dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan perselihanan dengan orang lain. Kecerdasan ini amat penting, karena pada dasarnya kita tidak dapat hidup sendiri (No man is an Island). Orang yang memiliki jaringan sahabat yang luas tentu akan lebih mudah menjalani hidup ini. Seorang yang memiliki kecerdasan “bermasyarakat” akan mudah menyesuaikan diri, menjadi orang dewasa yang sadar secara sosial dan berhasil dalam pekerjaan
7.   Kecerdasan intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal diperlihatkan dalam bentuk kemampuan dalam membangun persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan menggunakan kemampuan tersebut dalam membuat rencana dan mengarahkan orang lain
8.   Kecerdasan naturalistik
Keahlian mengenali dan mengkategorikan spesies-flora dan fauna di lingkungannya. Para pecinta alam adalah contoh orang tergolong sebagai orang – orang yang memiliki kecerdasan ini.
Kecerdasan ganda (Multiple Intelligence) sebagai suatu konsep baru berdampak pada pembuatan desain dan kurikulum sekolah. Teori kecerdasan ganda (Multiple Intelligence) menganjurkan  bahwa ada beberapa kecerdasan manusia yang relatif  independen dan dapat dijadikan mode dan dikombinasikan dalam keserbaragaman cara agar sesuai dengan masing-masing individu dan budaya. Independensi masing-masing jenis kecerdasan ini dapat ditunjukkan pada kasus orang tidak dapat menguasai matematika, tetapi dia amat cepat membuat atau memahami arti keindahan sebuah lukisan atau komposisi lagu. Kasus lainnya, seorang yang tidak dapat memiliki kemampuan verbal dan spatial tetapi sangat cerdas dalam gerak/kinesthetik. Dalam diri manusia mungkin terdapat satu, dua, tiga atau lebih jenis kecerdasan yang menonjol. Jenis kecerdasan ini meungkin selanjutnya berkaitan dengan learning style dan life style. 
D. FAKTOR – FAKTOR PENTING DALAM IMPLEMENTASI TEORI KECERDASAN GANDA
Implementasi teori kecerdasan ganda dalam aktivitas pembelajaran memerlukan dukungan komponen-komponen sistem persekolahan sebagai berikut :
  • Orang tua murid
  • Guru
  • Kurikulum dan fasilitas
  • Sistem penilaian
Komponen masyarakat, dalam hal ini orang tua murid, perlu memberikan dukungan yang optimal agar implementasi teori kecerdasan ganda di sekolah dapat berhasil. Orang tua, dalam konteks pengembangan kecerdasan ganda perlu memeberikan sedikit kebebasan pada anak mereka untuk dapat memilih kompetensi yang ingin dikembangkan sesuai dengan kecerdasan dan bakat yang mereka miliki.
Guru memegang peran yang sangat penting dalam implementasi teori kecerdasan ganda. Agar implementasi teori kecerdasan ganda dapat mencapai hasil seperti yang diinginkan ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu :
  • Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan individu siswa
  • Kemampuan mengajar dan memanfaatkan waktu mengajar secara proporsional.
Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan ganda yang dimiliki oleh siswa merupakan hal yang sangat penting. Faktor ini akan sangat menentukan dalam merencanakan proses belajar yang harus ditempuh oleh siswa. Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengenali kecerdasan spesifik yang dimiliki oleh siswa. Semakin dekat hubungan antara guru dengan siswa, maka akan semakin mudah bagi para guru untuk mengenali karakteristik dan tingkat kecerdasan siswa.
Sistem penilaian yang diperlukan oleh sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda berbeda dengan sistem penilaian yang digunkan pada sekolah konvensional. Sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda pada dasarnya berasumsi bahwa semua individu itu cerdas. Penilaian yang digunakan tidak berorientasi pada input dari proses pembelajaran tapi lebih berorientasi pada proses dan kemajuan (progress)  yang diperlihatkan oleh siswa dalam mempelajari suatu keterampilan yang spesifik. Metode penilaian yang cocok dengan sistem seperti ini adalah metode penilaian portofolio. Sistem penilaian portofolio menekankan pada perkembangan bertahap yang harus dilalui oleh siswa dalam mempelajari sebuah keterampilan atau pengetahuan.

REFLEKSI  
Kecerdasan ganda
Faktor – faktror penting dalam teori Kecerdasan Ganda
Implementasi teori kecerdasan memerlukan dukungan komponen - komponen  sistem persekolahan sebagai berikut:
1. Orang tua
2. Guru
3. Kurikulum dan fasilitas
Sistem penilaian dalam teori ini yaitu semua individu harus cerdas, lebih memetingkan proses dari pada hasil  
Tokoh teori kecerdasan Ganda
1. Gardner
Orang cerdas kalah sama orang rajin
Mengungkapkan ada 4 pokok pikiran dalam teori kecerdasan ganda :
1. Meningkat dan memperkuat kecerdasan
2. Kecerdasan dapat berubah
3. Kecerdasan merupakan realitas majemuk antara otak kanan dan kiri berbeda
4. Pada waktu tertentu biasa memakai 8 kecerdasan 
Berikut macam – macam 8 kecerdasan :
1. Musical (pandai mengubah atau menciptakan musik )
2. Kinestetik ( pandai dalam mengolah gerakan )
3. Logical (kecerdasan mampu berinteraksi dengan angka - angka)
4. Visual (mengelola bentuk – bentuk bidang) : seniman  
5. Verbal (mengelola kata – kata)
6. Interpersonal (interkasi dengan orang lain, mudah bergaul)
7. Intrapersonal (mampu menilai dan mengatur diri sendiri, cita – cita lebih baik ditulis. Karena dapat memotivasi diri sendiri)
8. Naturalistic ( senang terhdap fauna dan flora. Pandai melihat cuaca)
Setiap orang pasti mempunyai 8 kecerdasan akan tetapi kurang dikembangkan.
Penerapan dan pembelajaran :
Tugas guru harus mengarahakan siswa memiliki 8 kecerdasan
Kelebihan :
Memberikan sudut pandang baru thp potensi manusia
Menghindari adanya penghakiman
Kelemahan :
Mencampuradukkan kecerdasan keterampilan dan bakat. Guru dituntut mengajarkan dnegna versi kercedasan yang berbeda – beda.

DISKUSI
Mengapa guru harus memiliki 8 kecerdasan ? lalu perbedaan kecerdasan dan bakat ?
Jawab : maksudnya tidak semua kecerdasan di miliki oleh guru, akan tetapi harus
Bagaimana sesorang guru melihat 8 kecerdasan tsb
Jawab : bisa menilai kecerdasan siswa. Dan melatih kecerdasan siswa. Dikelompokkan kecerdasannya. Lebih efektif untuk individu bukan untuk masa kelompok yang besar. Bisa juga dilakukan dengan test psikologi.
Bagaimana  jika ada orangtua yang menuntut kecerdasan eksak,s edangkan siswanya lebih ke music
Jawab : kita harus mengikuti kemampuan orang tua. Akan tetapi bisa juga di omongkan dengan baik2. Dan bisa juga dengan menunjukkan dengan prestasi yang dimiliki dalam bidang yang dinginkan.

TAMBAHAN DARI PAK HADI
Guru tudak harus memiliki 8 kecerdasna akan tetapi harus memahami 8 kecerdasan tersebut  pada siswanya. Sehingga dapat memahami dan peka terhadap kondisi siswanya.
Perbedaan bakat dan kecerdasan : intelegensi ada sifat bawaannya dan lingkungnnya. Jadi bisa berasal dari bawaan bisa juga dari pengaruh lingkungannya.
Jadi ada faktor - faktor yang mempengaruhi talenta yaitu intelegensi, kreativitas, sosial, psikomotorik skills.
Jadi talenta adalah sesuatu yang dimunculkan, sedangkan intelensi itu adalah potensi. Jadi talenta dan intelensi saling berpengaruh. Misah : bakat music tidak muncul jika tidak punya intelensi music.
Sebenarnya talen dan intelektual adalah predictor akan tetapi ada moderator (memperkuat : kognisi dan lingkungan ). Lingkungan memperkuat bakat. Misal : intelegensi biasa akan tetapi lingkungan mendukung maka performennya bagus.
Dorongan dari orang tua, dari pendidikannya, dari pendidikan orang tua, sosial action
Kemunculan bakat dari masa pertumbuhan yaitu SD, SMP, dan SMA, masa2 tersebutlah muncul bakat.
Semua orang mempunyai talen yang bagus. Perlu mengembangkan mental. Bhawa keberhasilan tidak didapatkan secara instan, akan tetapi hars step by step. Jadi per tahap untuk menuju keberhasilan tidak terburu – buru.
Pengembangan kecerdasan ganda paling baik pada pendidikan sekolah menengah ke bawah, sedangkan untuk perguruan tinggi kurang tepat. Karena pada jenang perguruan tinggi sudah memasuki piliha profesi.
Perkembangan kognisi seseorang bersamaan tumbuh dengan kondisi fisik. Misal  : dalam penggunaan bahasa.




 

Sabtu, 04 Maret 2017

Resume ke 8 dan Refleksi: Teori Belajar Revolusi Sosio Kultural dan Penerapannya dalam Pembelajaran


" Teori Belajar Revolusi Sosio Kultural dan Penerapannya dalam Pembelajaran" 

Belajar merupakan suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya, baik lingkungan alam maupun sosial budayanya. Dalam proses belajar bila kita hanya mengandalkan paradigma behavioristik maka kita akan mencetak orang-orang yang mengagungkan kekerasan dan mengadalkan keseragaman, tapi tidak menghargai adanya perbedaan. Hal ini terjadi karena siswa harus mempersiapkan diri memasuki era demokrasi yang sebenarnya adalah era yang ditandai dengan keragaman perilaku, adanya penghargaan terhadap saesuatu yang bebedasehingga perlu adanya perubahan dibidang pendidikan dan pembelajaran dengan teori belajar sosiokultural.

A. DASAR TERBENTUKNYA TEORI SOSIO-KULTURAL
Ada 2 tokoh yang mendasari terbentuknya teori belajar sosio-kultural:
1.Piaget
Piaget berpendapat bahwa belajar ditentukan karena adanya karsa individu artinya pengetahuan berasal dari individu. Siswa berinteraksi dengan lingkungan sosial yaitu teman sebayanya dibanding orang-orang yang lebih dewasa. Penentu utama terjadinya belajar adalah individu yang bersangkutan (siswa) sedangkan lingkungan sosial menjadi faktor sekunder.
Keaktifan siswa menjadi penentu utama dan jaminan kesuksesan belajar, sedangkan penataan kondisi hanya sekedar memudahkan belajar. Perkembangan kognitif merupakan proses genetik yang diikuti adaptasi biologis dengan lingkungan sehingga terjadi ekuilibrasi. Untuk mencapai ekuilibrasi dibutuhkan proses adaptasi (asimilasi dan akomodasi).
Pendekatan kognitif dalam belajar dan pembelajaran yang ditokohi oleh Piaget yang kemudian berkembang dalam aliran kontruktivistik juga masih dirasakan kelemahannya. Teori ini bila dicermati ada beberapa aspek yang dipandang dapat menimbulkan implikasi kotraproduktif dalam kegiatan pembelajaran, karena lebih mencerminkan idiologi individualisme dan gaya belajar sokratik yang lazim dikaitkan dengan budaya barat. pendekatan ini kurang sesuai denga tuntutan revolusi-sosiokultural yang berkembang akhir-akhir ini.
2.Vygotsky
Jalan pikiran seseorang dapat dimengerti dengan cara menelusuri asal usul tindakan sadarnya dari interaksi sosial (aktivitas dan bahasa yang digunakan) yang dilatari sejarah hidupnya. Peningkatan fungsi-fungsi mental bukan berasal dari individu itu sendiri melainkan berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya.
Kondisi sosial sebagai tempat penyebaran dan pertukaran pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai sosial budaya. Anak-anak memperoleh berbagai pengetahuan dan keterampilan melalui interaksi sehari-hari baik lingkungan sekolah maupun keluarganya secara aktif. Perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif sesuai dengan teori sosiogenesis yaitu kesadaran berinteraksi dengan lingkungan dimensi sosial yang bersifat primer dan demensi individual bersifat derivatif atau turunan dan sekunder, sehingga teori belajar Vygotsky disebut dengan pendekatan Co-Konstruktivisme artinya perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh lingkungan sosial yang aktif pula.
Menurut Vygotsky perkembangan kognisi seorang anak dapat terjadi melalui kolaborasi antar anggota dari satu generasi keluarga dengan yang lainnya. Perkembangan anak terjadi dalam budaya dan terus berkembang sepanjang hidupnya dengan berkolaborasi dengan yang lain. Dari perspektif ini para penganut aliran sosiokultural berpendapat bahwa sangatlah tidak mungkin menilai seseorang tanpa mempertimbangkan orang-orang penting di lingkungannya.
Banyak ahli psikologi perkembangan yang sepaham denga konsep yang diajukan Vygotsky. Teorinya yang menjelaskan tentang potret perkembangan manusia sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Ia menekankan bahwa proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran dengan orang–orang yang ada di lingkungan sosialnya. Selain itu ia juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu berkembang dengan bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil di dalam bidang-bidang tersebut. 


B. KONSEP TEORI SOSIO-KULTURAL
Ada 3 konsep penting dalam teori sosiogenesis Vygotsky tentang perkembangan kognitif sesuai dengan revolusi sosiokoltural dalam teori belajar dan pembelajaran yaitu genetic law of development, zona of proximal development dan mediasi.
a.Hukum genetik tentang perkembangan (genetic law of development)
Menurut Vygotsky, setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua tataran, yaitu interpsikologis atau intermental dan intrapsikologis atau intramental. Pandangan teori ini menempatkan intermental atau lingkungan sosial sebagai faktor primer dan konstitutif terhadap pembentukan pengetahuan serta perkembangan kognitif seseorang. Sedangkan fungsi intramental dipandang sebagai derivasi atau keturunan yang tumbuh atau terbentuk melalui penguasaan dan internalisasi terhadap proses-proses sosial tersebut.
b.Zona perkembangan proksimal (zone of proximal development)
Vygotsky membagi perkembangan proksimal (zone of proximal development) ke dalam dua tingkat:
(1) Tingkat perkembangan aktual yang tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri (intramental).
(2) Tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika dibawah bimbingan orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten (intermental).
c.Mediasi
Menurut Vygotsky, semua perbuatan atau proses psikologis yang khas manusiawi dimediasikan dengan psychologis tools atau alat-alat psikologis berupa bahasa, tanda dan lambang, atau semiotika.
Ada dua jenis mediasi, yaitu:
(1) Mediasi metakognitif
(2) Mediasi kognitif 


C. PENGARUH SOSIO-KULTURAL PADA PERKEMBANGAN KOGNISI
a.Pengaruh sosial pada perkembangan kognisi
Menurut Vygotsky, anak adalah seorang eksplorer yang mempunyai rasa ingin tahu tinggi, sangat aktif dalam pembelajaran, selalu ingin menemukan sendiri, dan mengembangkan pemahaman baru. Namun demikian Vygostky lebih menekankan pada kontribusi sosial dalam proses perkembangan dan tidak melihat peranan besar dalam penemuan sendiri. Perkembangan pertama dalam lingkup sosial muncul dalam individu sebagai kategori interpsikological dan kemudian pada anak sebagai kategori intrapsikologikal.
b.Pengaruh Budaya pada perkembangan kognisi
Vygotsky berpendapat bahwa perkembangan harus dilihat dari perspektif 4 tahap yang saling berhubungan dalam interaksi anak dengan lingkungan:
1) Perkembangan Ontogenic, adalah perkembangan individu sepanjang hayat, digunakan oleh hampir semua ahli psikologi dalam menganalisa perkembangan manusia.
2) Perkembangan Microgenic, mengacu pada perubahan yang terjadi pada waktu yang relatif singkat, misalnya perubahan yang dapat dilihat pada saat anak memecahkan masalah penjumlahan pada setiap minggunya selama 11 minggu (Siegler & Jenkins, 1989).
3) Perkembangan Phylogenic adalah perubahan yang berskala evolusi, diukur dalam ribuan dan bahkan jutaan tahun. Vygostsky sendiri berpendapat bahwa untuk pemahaman sejarah spesies dapat memberikan masukan pada perkembangan anak.
4) Perkembangan Sociohistorical, mengacu pada perubahan yang terjadi pada budaya, kepercayaan, norma, dan teknologi.


D. APLIKASI TEORI SOSIO-KULTURAL
Aplikasi teori sosio-kultural dalam pendidikan. Penerapan teori sosio-kultural dalam pendidikan dapat terjadi pada 3 jenis pendidikan yaitu:
a.Pendidikan informal (keluarga)
Pendidikan anak dimulai dari lingkungan keluarga, dimana anak pertama kali melihat, memahami, mendapatkan pengetahuan, sikap dari lingkungan keluarganya. 

b.Pendidikan nonformal
Pendidikan nonformal yang berbasis budaya banyak bermunculan untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku pada anak, misalnya kursus membatik. Pendidikan ini diberikan untuk membekali anak hal-hal tradisi yang berkembang di lingkungan sosial masyarakatnya.
c.Pendidikan formal
Aplikasi teori sosio-kultural pada pendidikan formal dapat dilihat dari beberapa segi antara lain:
1). Kurikulum.
2). Siswa
3). Guru


E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI SOSIO-KULTURAL
Berdasarkan teori Vygotsky akan diperoleh beberapa keuntungan:
1.Anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proximalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang;
2.Pembelajaran perlu lebih dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya daripada tingkat perkembangan aktualnya;
3.Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan kemampuan intermentalnya daripada kemampuan intramental;
4.Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural yang dapat dilakukan untuk tugas-tugas atau pemecahan masalah;
5.Proses belajar dan pembelajaran tidak bersifat transferal tetapi lebih merupakan kokonstruksi, yaitu proses mengkonstruksi pengetahuan atau makna baru secara bersama-sama antara semua pihak yang terlibat di dalamnya.

Kelemahan dari teori sosio-kultural yaitu terbatas pada perilaku yang tampak, proses-proses belajar yang kurang tampak seperti pembentukan konsep, belajar dari berbagai sumber belajar, pemecahan masalah dan kemampuan berpikir sukar diamati secara langsung oleh karena itu diteliti oleh para teoriwan perilaku.



REFLEKSI 
TEORI BELAJAR SOSIO KUKTURAL
Tokoh yang mendasari dalam teori ini adalah :  
1. Pieaget
Belajar ditentukan karena adanya karsa individu sendiri artinya pengetahuan berasal dari individu. Keaktifan siswa menjadi penentu utama dan jaminan kesuksesan, perkembangan kognitif merupakan proses genetik.
2. Vigotsky
Peningkatan fungsi - fungsi mental bukan berasal dari invidu itu sendiri melainkan berdal dari kehiduapn sosial atau kelompok. Ada 3 konsep dalam teori ini tentang perkembangan kognitif
1. hukum genetik (kemampuan seseorang akan tumbuh melalui inter dan intra )
2. zona perkembangan proxsimal (tingkat perkembangan aktual dan sosial)
3. mediasi (meta kognitif dan kognitif )
Aplikasi teori belajar sosio kultural
1. Pendidikan informal
Pendidikan berasal dari keluarga. Orang tua selalu membantu dan mengawasi anak dalam proses belajarnya.
2. Nonformal
Berada di lingkungan. Jadi membakali untuk hal – hal  yang berkembangan di lingkungan masyarakat.
3. Formal
Berada di lingkungan sekolah. Jadi perlu bantuan guru dan interaksi dengan temannya.
Kelebihan dan kelemahan dalam teori belajar sosio kultural
1. Kelebihan
a. anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan
b. pembelaajran perlu dikaitkan dengan tingkat perkmbangan
c. anak diberi kesempatan yang luas untuk mengoptimalkan pengetahuannya
d. proses beljar lebih ke arah kontiriksi 
2. Kelemahan :
a. terbatas pada perilaku yang tampak
b. proses2 blajar yang kurang tampak seperti pembentukan konsep
c. pemecahan malasah dan kempauan berpikir susah diamati secara langsung.
Pengaruh kultural : interaksi anak dengan lingkungan. Ada 4 tahap yang saling berhubungan dalam interaksi anak dengan lingkungan. 
1. Perkmbangan ontogenik ( perkmabnagan proses blajar dari lahir sampai mati )
2. Mikrogenik
3. Philogenik : perkmbangan evolusi.
4. Sosiohitorical
Pada materi ini lebih mengutamakan bagaimana seseorang berkembang, jadi lebih ditekankan pengembangan sosial dan budaya. Sama - sama mempelajari individunya. Cuma waktunya yang berbeda dan yang dilihat juga berbeda.
DISKUSI :
Home schooling merupkan pendidikan yang formal karena ada guru yang didatngkan untuk mempelajari jadi ada peran guru yang mengajari dia.
Kemampuan berpikir dan pemecahan susah dilihat. Karena merupkan hal yang abstrak. Harus bisa membedakan antara dilihat dan diamati. Karena di lihat dengan mata saja. Sedangkan untuk di amati menggunkan semua panca indra
Yang diamati  misal adalah sperti diberikan test.
Proses bepikir itu belum diketahui dari proses belajar periaku. Belum tau proses berperilaku. Baru muncul pada prose beljar kognitif.
Ketika orang melakukan tindakan harus ada teori.
Jadi yang membentuk konsep adalah menurut fungsinya, jadi pembentukan konsep dengan berpikir deduksi. Berawal dari hal - hal awal.
Pada teori perubahan perilaku tidak ada pemecahan masalah.
Ketika belum masuk long term memory maka belum masuk dalam akomodasi. 
Asimasli: penggabungan konsep baru dan yang lama
Akomodasi : pembentukan konsep baru dari konsep yang lama
Para pakar hanya melengkapi dari teori – teori sebelumnya. Pieaget dan vigotsky memberikan dasar teori yang luar biasa untuk pendidikan.
Misal : anak smp diminta membuat definisi. Itu tidak bisa karena ank smp berpikirnya konkrit sedangkan definisi perlu berpikir abstrak.
Mengajar bukan hal yang mudah.
Jangan terlalau menyepelekan pendidikan. Bisa mengerjakan akan tetapi tidak menggunakan teori. Itu yang salah. Pembelajaran yang hanya diberikan langsung tidak baik untuk pembelajran karena tidak ada wahana untuk mengembangkan kreativitas dalam berpikir.
Mengembangkan konsep belajar itu adalah kognitif. Kalau dalam pmeblajarn tidak ada koloborasi maka tidak ada pmbeljarn.
Hal yang utama pada kontruktivisme adalah membangun konsep akan tetapi perlu adanya perlu orang lain untuk membangun konsep yang lebih luas.
Harus bisa membedakan atara tools, method
Ciri eksperimen adalah ada perlakuan, ada hipotesis. Karena ada pengujina ada hipotesis
Hipotesis adalah Penjelasan tentative tentang hubungan 2 variabel atau lebih. Jadi hipotesis itu harus ada 2 variabel yang  saling berhubungan. Karena kalau hanya satu variabel bukan hipotesis. Harus ada pengaruh X dan Y. jadi harus benar - benar paham dengan hipotesis. Hipotesis tidak hanya dugaan saja. Dua hal yang sering kali keliru yaitu mengamati dan hipotesis.
Observasi berarti membokar suatu. Jadi tidak meminta siswa untuk hipotesis. Karena hipotesis memerlukan cara berpikir tingkat tinggi. Karena ketika membuat hipotesis harus ada landasan teori yang berkaitan dengan variabel tersebut. Jadi harus ada alasan yang sesuai dengan hipotesis yang diutarakan.
Hipotesis dibangun dari teori. Tidak dipaksakan untuk menemukan pengaruh. Harus hati - hati dalam berhipotesis. Tidak hanya asal - asalan untuk menemukan pengaruh atau fokus ke pengaruh.
Scaffolding : alat bantu